Kali ini kita akan melanjutkan bahasan tentang Tokoh-Tokoh Tarling dalam perkembangannya. Dari masa awal sampai sekarang masih terus berlanjut dan berjaya terutama di PANTURA, bahkan sebuah organisasi di Australia mengadakan pertunjukan Tarling. Untuk lebih jelasnya silahkan anda lihat Anda cari di Google tentang Event Tarling Internasional bahkan TARLING juga menjadi nama belakang yang sangat populer, contoh Jack Tarling, Malcom Tarling dsb. saya yakin nama-nama tersebut bukan orang Cirebon. Sebelum anda membaca artikel ini ada baiknya baca artikel terdahulu, kenapa? karena takut gak nyambung. Artikel saya terdahulu adalah tentang Sejarah Tarling, jadi intinya artikel ini adalah Artikel lanjutan.. hehe................
Artikel saya kali ini dikhususkan untuk Wong Cirebon, terutama buat adik saya yang ada di Ciebon, God Bless You Rokman and My Sister... and My Little Nephew.... oke saya tidak akan terlalu lama membahas latar belakang penulisan artikel ini. langsung saja pada pokok bahasan. Berikut dibawah ini adalah penjelasan Tokoh-tokoh Tarling yang berhasil saya rangkum dari berbagai sumber.
Salah
seorang tokoh seni asal kabupaten indramayu, Supali Kasim, membuat catatan
tersendiri mengenai tarling dalam bukunya yang berjudul "Tarling, Migrasi
Bunyi dari Gamelan ke Gitar-Suling". Dalam buku itu dia menuturkan asal
tarling mulai muncul sekitar tahun 1931 di Desa Kepandean, Kabupaten Indramayu.
Saat itu, ada seorang komisaris Belanda (Netherland) yang meminta tolong kepada
warga lokal yang bernama Mang Sakim, untuk memperbaiki gitar miliknya. Mang
Sakim ketika itu dikenal sebagai ahli gamelan. Usai diperbaiki, sang komisaris
Belanda tersebut tak jua mengambil kembali gitarnya. Kesempatan itu akhirnya
dipergunakan oleh Mang Sakim untuk mempelajari nada-nada gitar &
membandingkannya dengan nada-nada pentatonis gamelan.
|
Abdul Adjid |
Hal
itupun dilakukan oleh anak Mang Sakim yang bernama Sugra. Bahkan, Sugra
kemudian bereksperimen dengan memindahkan nada-nada pentatonis gamelan ke dawai-dawai
gitar yang bernada diatonis. Karenanya, tembang-tembang (kiser) Dermayon
& Cerbonan yang biasanya diiringi gamelan, bisa menjadi indah
dengan diiringi petikan gitar. Keindahan itupun semakin lengkap setelah petikan
dawai gitar diiringi dengan alunan nada suling bambu yang mendayu-dayu,"
ujar Supali. Alunan Suling bambu yang menyajikan
kiser Dermayon & Cerbonan itupun mulai mewabah sekitar dekade 1930an. Kala
itu, anak-anak muda diberbagai pelosok pedesaan di kabupaten Indramayu &
Cirebon, menerimanya sebagai gaya hidup. Bahkan pada 1935, alunan musik tarling
juga dilengkapi dengan kotak sabun yang berfungsi sebagai kendang, & kendi
sebagai gong. Kemudian pada 1936, alunan tarling dilengkapi dengan alat musik
lainnya berupa baskom & ketipung kecil yang berfungsi sebagai perkusi.
Sugra & teman-temannya pun sering diundang untuk
manggung di pesta-pesta hajatan (pernikahan ataupun khitanan), meskipun tanpa
honor. Biasanya panggungnya pun hanya berupa tikar yang diterangi lampu
petromax (pada malam hari). Tak berhenti sampai disitu, Sugra pun
melengkapi pertunjukkan tarlingnya dengan pagelaran drama (teater). Adapun
drama yang disampaikannya berkisah tentang kehidupan sehari-hari yang terjadi
ditengah masyarakat. Akhirnya lahirlah lakon-lakon bertema seperti Saida-Saeni,
Pegat balen, maupun Lair batin, yang begitu melegenda hingga saat ini. Bahkan
lakon Saida-Saeni yang berakhir tragis, selalu menguras airmata para
penontonnya.
Tak hanya Sugra, di Kabupaten Indramayu pun muncul sederet
nama yang mempopulerkan tarling hingga ke pelosok daerah. Diantara nama
tersebut adalah Jayana, Raden Sulam, Carinih, Yayah Kamsiyah, Hj. Dariyah,
& Dadang Darniyah. Pada dekade 1950-an, di Kabupaten Cirebon muncul tokoh
tarling bernama Uci Sanusi. Kemudian pada dekade 1960-an, muncul tokoh lain
dalam belantika kesenian tarling, yaitu Andul Adjib yang berasal dari Desa
Buyut, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon. Dan ada lagi yang
bernama Sunarto Marta Atmaja, asal Desa Jemaras, Kecamatan Klangenan, Kabupaten
Cirebon.